Perdarahan adalah komplikasi kanker perut yang cukup khas. Frekuensi manifestasinya pada pasien dengan bentuk onkologi ini bervariasi dari setiap dua puluh ke setiap pasien kelima. Karena ini adalah komplikasi yang serius, akibatnya perkembangannya terjadi pada tahap akhir penyakit onkologis, tapi bisa juga terjadi pada tahap awal. Penyebab perdarahan paling sering merupakan proses destruktif pada tumor yang berhubungan dengan pembusukan atau ulserasi. Paling rentan terhadap fenomena ini adalah tumor yang terbentuk di antrum perut dan di tubuhnya. Formasi jantung berdarah lebih jarang. Ada kasus kerusakan pembuluh darah yang terkena kanker, yang juga menyebabkan pendarahan. Tempat yang paling berbahaya adalah lengkungan kecil lambung dimana arteri koroner kiri lewat. Jika daerah ini terkena kanker, intensitas pelepasan darah dari tumor paling tinggi.
Tanda yang paling jelas dari perdarahan lambung hampir selalu muntah dengan warna coklat gelap berdarah, yang disebabkan oleh reaksi darah terhadap asam hidroklorida. Terkadang muntah bisa disertai dengan kotoran berwarna hitam atau tak berbentuk. Dengan bentuk laten, komplikasi kanker ini hanya bisa ditentukan dengan melakukan analisis tinja untuk reaksi Gregersen, yang membantu mendeteksi darah bila tidak terlihat selama analisis rutin.
Konsekuensi perdarahan pada kanker perut biasanya berbeda tingkat kesulitan manifestasi anemia. Gejala komplikasi ini dapat dinyatakan samar-samar dengan sedikit kehilangan darah atau tidak ada sama sekali. Jika kita berbicara tentang bentuk parah dengan muntah, tinja tar, penurunan kadar hemoglobin yang signifikan, pasien akan merasakan gangguan, pusing. Selain itu, kulit dan membran mukosa yang terlihat akan memiliki warna pucat, pasien mungkin memiliki denyut nadi dan tekanan darahnya mungkin turun. Dalam kondisi yang sangat serius, bila terjadi perdarahan hebat( sangat banyak), kadar hemoglobin turun sangat cepat, tekanan darah bisa turun menjadi 40, dan denyut nadi mempercepat hingga 140 denyut per menit. Pasien menunjukkan tanda-tanda anemia yang aktif, kulit berwarna pucat dan tidak bernyawa, pupilnya melebar, bibirnya ditandai biru, dan hilangnya kesadaran adalah mungkin. Pada tahap terakhir, denyut nadi mengasumsikan karakter filiform, yang disebabkan oleh melemahnya jantung, pasien kehilangan kontrol atas proses buang air kecil dan buang air besar.
Perdarahan juga terjadi dengan pembentukan tumor jinak di perut, namun frekuensi kejadian ini dibandingkan dengan kanker tidak lebih dari 1,5% kasus.
Bahaya gejala ini adalah tidak selalu mungkin menghentikan pendarahan dengan cara kauterisasi atau dengan suntikan. Dalam situasi seperti ini, intervensi bedah harus dilakukan segera. Jika tidak, kondisi penderita kanker perut akan memburuk dengan cepat sampai terjadi pelemahan penting aktivitas vital tubuh.