Migrain mengacu pada patologi yang tidak memiliki substrat organik, dalam perkembangannya, reaksi vaskular terhadap beberapa rangsangan sangat penting. Beberapa di antaranya diketahui (pemicu), tetapi sebagian besar faktor ini tetap menjadi misteri bagi para peneliti medis modern.
Para ahli mengikuti pendekatan psikosomatik untuk penyakit ini, berpendapat bahwa kelebihan emosional yang terkait dengan tipe kepribadian dan kemungkinan adaptasinya dengan lingkungan, dapat menjadi salah satu alasan terjadinya kepala berdenyut yang intens nyeri.
F. Alexander, G Wulf dkk. peneliti menggambarkan seseorang yang rentan terhadap sindrom nyeri dengan cara ini:
- Kecerdasan tinggi dengan perkembangan emosi rendah.
- Kesulitan berpisah dari ibu dan transisi ke kehidupan mandiri, keterikatan emosional yang mendalam dengan orang tua.
- Orang dengan kecenderungan perfeksionisme, memiliki karakter ambisius dan menyukai persaingan.
- Kesulitan dalam mendistribusikan tanggung jawab baik dalam keluarga maupun di tempat kerja (saya akan melakukan semuanya sendiri), tetapi pada saat yang sama, kebencian diucapkan.
Kombinasi tipe kepribadian ini dengan perumusan tugas-tugas sulit, ketegangan konstan, kelelahan mencurahkan ke dalam jalinan emosi negatif (marah-benci-kecemasan), yang menjadi penyebab serangan migrain. Para peneliti mencatat bantuan cepat dari sakit kepala selama sesi psikoanalisis dan bekerja dengan emosi negatif.